Jumat, 05 Mei 2017

Islam Dan Tradisi

Posted by Manu karlos on 02.32 with No comments

Islam Membenarkan Tradisi Baik Yang Tidak Melanggar Syariat

الْعُرْفُ مَا اسْتَقَرَّتِ النُّفُوْسُ عَلَيْهِ بِشَهَادَةِ الْعُقُوْلِ وَتَلَقَّتْهُ الطَّبَائِعُ باِلْقَبُوْلِ وَهُوَ حُجَّةٌ أَيْضًا وَالْعَادَةُ هِيَ مَا اسْتَمَرَّ النَّاسُ عَلَيْهِ عَلَى حُكْمِ الْعُقُوْلِ وَعَادُوْا إِلَيْهِ مَرَّةً بَعْدَ أُخْرَى. (التعريفات - ج 1 / ص 47)

“Urf atau kebiasaan, adalah sesuatu yang ditetapkan oleh hati dan rasional, serta diterima oleh watak manusia. Ufr juga sebuah hujjah atau dalil. Sedangkan Adat atau tradisi adalah sesuatu yang menjadi kebiasaan orang-orang secara rasional, dan mereka melakukannya berulang-ulang” (Al-Jurjani, al-Ta’rifat 1/47)

Dalil yang dijadikan rujukan para ulama adalah Atsar Sahabatnya:

عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ : مَا رَأَى الْمُسْلِمُوْنَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ وَمَا رَآهُ الْمُسْلِمُوْنَ سَيّئًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ سَيِّىءٌ وَقَدْ رَأَى الصَّحَابَةُ جَمِيْعًا أَنْ يَسْتَخْلِفُوْا أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (رواه احمد والحاكم والطبراني والبزار . قال الذهبي قي التلخيص : صحيح وقال الهيثمي رجاله ثقات)

“Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata: “Apa yang dilihat oleh umat Islam sebagai kebaikan, maka baik pula bagi Allah. Dan apa yang dilihat buruk oleh umat Islam, maka buruk pula bagi Allah. Para sahabat kesemuanya telah berpandangan untuk mengangkat khalifah Abu Bakar” (Riwayat Ahmad, al-Hakim, al-Thabrani dan al-Bazzar. Al-Dzahabi berkata: Sahih. Al-Haitsami berkata: Para perawinya terpercata)

Mufti Al-Azhar Mesir menegaskan:

وَهَذَا الْأَثَرُ اسْتَدَلَّ بِهِ جُمْهُوْرُ الْعُلَمَاءِ عَلَى أَنَّ الْعُرْفَ حُجَّةٌ فىِ التَّشْرِيْعِ وَلَكِنْ بِشَرْطِ عَدَمِ تَعَارُضِهِ مَعَ النُّصُوْصِ الصَّرِيْحَةِ وَالْأُصُوْلِ الْمُقَرَّرَةِ .... قَالَ الْعُلَمَاءُ : إِنَّ الْعُرْفَ لَا يُؤْخَذُ بِهِ إِلَّا بِشُرُوْطٍ مِنْهَا أَنْ يَكُوْنَ مُطَّرِدًا أَوْ غَالِبًا أَىْ شَائِعًا بَيْنَ الْكَثِيْرِيْنَ مَعَ مُرَاعَاةِ أَنَّ لِكُلِّ جَمَاعَةٍ عُرْفَهَا وَمِنْهَا أَلَّا يَكُوْنَ مُخَالِفًا لِنَصٍّ شَرْعِىٍّ كَشُرْبِ الْخَمْرِ وَلَعْبِ الْمَيْسِرِ وَالتَّعَامُلِ بِالرِّبَا ... (فتاوى الأزهر - ج 10 / ص 336)

Atsar ini dijadikan dalil oleh mayoritas ulama bahwa urf atau kebiasaan adalah sebuah dalil dalam agama, namun syaratnya tidak bertentangan dengan ajaran agama dan kaidah ushul yang telah ditetapkan... ulama berkata: Urf atau kebiasaan tidak digunakan kecuali dengan beberapa syarat, diantaranya harus berlaku secara umum oleh kebanyakan orang, serta melestarikan kebiasaan masing-masing. Diantaranya juga tidak bertentangan dengan dalil agama, seperti minum khamr, permainan judi dan transaksi riba...” (Fatawa al-Azhar 10/336)

Tradisi yang baik boleh diamalkan baik menurut Madzhab Syafi'iyah maupun Malikiyah. Contohnya adalah Tahlilan menurut Madzhab Malikiyah:

وَكَذَلِكَ التَّهْلِيلُ الَّذِي عَادَةُ النَّاسِ يَعْمَلُونَهُ الْيَوْمَ يَنْبَغِي أَنْ يُعْمَلَ وَيُعْتَمَدَ فِي ذَلِكَ عَلَى فَضْلِ اللهِ تَعَالَى وَمِنْ اللهِ تَعَالَى الْجُودُ وَالْإِحْسَانُ (مواهب الجليل في شرح مختصر الشيخ خليل المالكي - ج 5 / ص 454)

“Begitu pula Tahlil yang menjadi kebiasaan umat Islam yang diamalkan saat ini, dianjurkan untuk tetap dilakukan berdasarkan anugerah dan kebaikan dari Allah” (Mawahib al-jalil 5/454)

Dalam Tahlil misalnya, isinya adalah baca Qur'an, baca Dzikir dan sedekah. Adakah di dalamnya yang melanggar syariat? Jika tidak ada yang bertentangan dengan syariat maka sudah pasti diperbolehkan.

Ma'ruf Khozin, anggota LBM dan Aswaja Center PWNU Jatim

0 komentar:

Posting Komentar