Senin, 01 Mei 2017

Drs. KH. Moh. Mansyur, S.H,
Kyai yang Terlihat Biasa. Tapi, Luar Biasa.

KH. Mochammad Mansjur, SH. Pengasuh PPAI An-Nahdliyah, Kepuharjo, Karangploso
“2 PENDIDIKAN YANG DIAMALKAN” Ilmu yang diperoleh di lembaga pendidikan merupakan salah satu modal untuk berjuang menyebarkan agama Islam di tengah-tengah masyarakat. Begitu juga yang diyakini oleh Kyai Mochammad Mansjur, Krangploso, Kabupaten Malang. 

Pendidikan agama yang diperoleh beliau di dua lembaga pendidikan baik itu lembaga pendidikan formal (sekolah) maupun informal (Pondok Pesantren), merupakan modal bagi beliau untuk berkiprah di tengah-tengah masyarakat. 

Sudah PNS Tetap Nyantri. Pada mulanya pendidikan agama yang diperoleh oleh putera pasangan H. Abdul Hadi Sa’id dan Hj. Rohmah Badrun ini hanyalah sekolah formal. Kyai Mochammad Mansjur menempuh pendidikan Sekolah Dasar di daerah asal beliau, yaitu Ngijo, Karangploso.

Selanjutnya, beliau meneruskan pendidikan di PGAP (Pendidikan Guru Agama Pertama) di Singosari, dan selanjutnya diteruskan di PGA (Pendidikan Guru Agama) Malang. Setamat dari pendidikan formal, mulailah tergerak hati beliau untuk menimba ilmu di pesantren. Keinginan ini didorong oleh semangat salah satu teman bermain beliau yang terlebih dahulu berada di pesantren sejak lulus dari Sekolah Dasar. 

Pada tahun 1964, saat berusia menginjak 19 tahun, berangkatlah Kyai Mansjur muda menimba ilmu di Pesanten Ketapang yang merupakan asuhan Kyai Muhammad Sa’id. Karena penidikan yang beliau tekuni sebelumnya berada di sekolah formal dengan sistem yang modern, sedikit banyak pemikiran beliau lebih maju dibandingkan santri-santri yang lainnya. Namun demikian, Kyai Mansjur harus banyak belajar untuk menghilangkan rasa ‘Sok Modern’. Dengan tekun, Kyai Mansjur pun mengikuti pengajian demi pengajian yang diberikan di pesantren. Salah satu pengajian pengasuh yang biasa diadakan sebelum Shubuh pun tak luput untuk beliau akui. Waktu-waktu berharga di pesantren benar-benar beliau manfaatkan sehingga pelajaran-pelajaran yang ada di pesantren dapat beliau kuasai. 

Pernah suatu ketika, kyai Said memberitahukan kepada para santri bahwa ada seorang santri dari Sidoarjo yang bernama Ustadz Abdul Rozak yang sebetulnya dia nyantri di pesantren Ketapang hanya beberapa bulan saja untuk tabarrukan. akan tetapi oleh kyai Sa’id malah diminta mengajar kitab Alfiyah selama beberapa waktu itu.akhirnya dipilihlah 15 orang santri di antaranya kyai Mansjur untuk mengikuti pengajian tersebut. Sewaktu berada di pesantren, kyai Mansjur sudah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), mengajar di Madrasah Diniyah desa Jati Rejosono, dusun Mergosono Kepanjen dan juga diangkat untuk mengajar di PGA Kepanjen. Namun demikian beliau pun dengan disiplin membagi waktunya, sehingga kegiatan di pesantren bisa beliau ikuti dengan istiqomah.

”Selama di pesantren tersimpan kesan-kesan yang mendalam, khususnya saat diasuh dan dibina oleh kyai Sa’id,” kenang kyai Mansjur di hadapah kru Media Umat. “Meskipun hanya merasakan asuhan kyai Sa’id selam dua tahun, namun terasa nikmat bisa berguru pada beliau. Tutur kata beliau itu penuh dengan kata-kata mutiara dan selalu membekas di hati.” Lanjutnya.

Satu kata, Mbah kyai Sa’id pernah bercerita bahwa sebetulnya beliau enggan ditunjuk sebgai pengurus NU, beliau sebenarnya lebih suka membina ummat di pesantren saja. Namun karena diminta oleh para kyai untuk menjadi syuriah NU, beliau pun tidak bisa menolaknya. Sikap itu dikarenakan beliau telah mendapatkan isyaroh, hasil istikharah yang diterimanya bahwa Nahdlatul Ulama itu min ahlil khoir (ahli kebaikan), karena itulah beliau mengiyakan saat ditunjuk sebagai syuriah NU Kabupaten Malang dan beliau laksanakan tugas tersebut dengan penuh amanat. “Sikap dan isyaroh kyai Muhammad Sa’id inilah yang menjadi pegangan saya untuk ikut berjuang, berdakwah melalui organisasi Nahdlatul Ulama,” tutur Ketua syuriah NU Kabupaten Malang ini.

KH. Moch. Mansjur & Alm. Kyai Machfudz Mewujudkan Impian Orang Tua Pondok Pesantren PPAI An-Nahdliyah merupakan pondok pesantren yang tetap eksis di tengah banyaknya lenbaga pendidikan di Malang. Pondok ini didirikan bersamaan dengan berdirinya MTs. Nahdlatul Ulama yang berada dalam satu lokasi. 

Pendirian pondok ini berawal dari wasiat almarhum H. Abdul Hadi Sa’id, tak lain adalah abah dari muassis (pendiri) Pondok Pesantren PPAI An-Nahdliyah untuk mengembangkan pendidikan Islam di Karangploso khususnya Kepuharjo.

Memang sejak kyai Mansjur berada di pesantren, abanya yang kerapkali mengunjungi beliau di pesantren mengharapkan agar anaknya kelak bisa mengasuh pesantren seperti kyai Muhammad Sa’id. Untuk mewujudkan keinginannya itu, abah kyai Muhammad Mansjur itu mewaqafkan tanah milik keluarga sembari berpesan kepada kyai Mansjur: “Iki engkok kelolaen (ini nanti kamu kelola)”. Maka pada tahun 1988, pada saat berada di tanah suci Makkah, beliau bermunajat kepada Allah SWT di tanah suci agar diberikan kemudahan dan kekuatan untuk melaksanakan wasiat abahnya.

 Pada awal berdirinya, tanah yang digunakan pesantren adalah tanah waqaf dari abah beliau. Pada tahun 1989 dimulailah pembangunan pondok ini dan selesai tahun 1990. Awalnya santri yang mondok hanya 60 orang. Dan yang sampai menamatkannya 42 orang. 

Secara bertahap makin tambah dan tambah, seiring dengan kualitas pendidikan yang diajarkan. Sehingga pondok ini memiliki tak kurang dari 350 santri (250 santriwati dan 100 santri). Di tengah tingginya biaya pendidikan, PPAI An-Nahdliyah memang tepat menjadi jujugan orang tua yang ingin menyekolahkan anakanya. 

Tidak perlu sedih bila ingin menyekolahkan putra-putri anda dengan biaya di bawah sekolah lain yang dirasa terlalu mahal. Di pesantren inilah kita bisa menyekolahkan putra-putri kita dengan biaya yang terjangkau. Di samping mendapat ilmu umum, putra-putri kita juga mendapatkan ilmu agama


0 komentar:

Posting Komentar